Laman

S'lamat Datang di Blog SAYA by: SALMON MARBUN'SE_AK

Kamis, 18 Juli 2013

BAB V AKUNTANSI SEDIAAN[1] (INVENTORIES)



BAB V

AKUNTANSI SEDIAAN (INVENTORIES)

Sediaan adalah barang yang tersedia digudang atau tempat penyimpanan suatu entitas pada tanggal tertentu.Sediaan terdiri atas beberapa jenis, tergantung pada bentuk entitasnya. Beberapa contoh dari sediaan adalah:
·         Sediaan Bahan Baku
·         Sediaan Barang Dalam Proses
·         Sediaan Barang Jadi
·         Sediaan Barang Dagang
·         Sediaan Barang Habis Pakai
Untuk jenis perusahaan manufaktur, sediaan terdiri dari tiga jenis, yaitu Sediaan Bahan Baku, Sediaan Barang Dalam Proses dan Sediaan Barang Jadi. Arus kos sediaan pada perusahaan manufaktur dapat digambarkan sebagai berikut:
Aliran kos itu dapat dimasukkan dalam jurnal sebagai berikut:

Mutasi  sediaan pada perusahaan dagang, dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Saldo sediaan barang dagang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi berikut ini:
  • Pembelian barang dagang
  • Retur Penjualan
  • Retur Pembelian dan diskun pembelian
  • Penjualan barang dagang
  • penyesuaian-penyesuaan terhadap saldo sediaan (sediaan hilang, menyusut,dll)


SISTEM PENCATATAN SEDIAAN

Terdapat dua sistem pencatatan sediaan:
·         Sistem pencatatan sediaan Perpetual
·         Sistem Pencatatan sediaan secara periodik


Sistem Pencatatan sediaan secara perpetual
Sistem pencatatan sediaan secara perpetual melakukan pencatatan kos sediaan secara terus menerus ke pembukuan. Setiap perubahan dalam sediaan langsung dicatat dengan mendebit atau mengkredit akun sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.       Setiap terjadi pembelian barang, akun sediaan didebit
2.       Apabila terjadi pembayaran ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun sediaan, bukan ke akun khusus untuk mencatat peristiwa-peristiwa itu.
3.       Setiap terjadi penjualan barang, maka akun sediaan di kreditkan dan akun kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold) didebitkan
4.       Setiap jenis sediaan dibuatkan kartu sediaan yang berfungsi sebagai buku pembantu (subsidiary ledger) dari akun sediaan.
Sistem sediaan perpetual mencatat mutasi sediaan secara terus menerus ke akun sediaan sehingga posisi sediaan tetap bisa diketahui setiap saat.Untuk menghasilkan pengendalian yang baik, maka sistem pencatatan sediaan secara perpetual bisa digunakan.

Sistem Pencatatan sediaan secara periodik
Sistem ini mencatat mutasi (perubahan) terhadap saldo sediaan ke masing-masing akun yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.       Setiap terjadi pembelian barang kos sediaan dicatat ke akun Pembelian.
2.       Apabila terjadi pembayaran ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun masing-masing (Akun biaya angkut pembelian, diskun pembelian, akun retur dan penyisihan pembelian) bukan ke akun sediaan.
3.       Setiap terjadi penjualan barang, maka akun sediaan tidak dikreditkan.
4.       Untuk menghitung kos dari barang yang terjual (Cost of Goods Sold), maka  harus dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
Sediaan awal periode (Beginning Balance)     xxx
Pembelian (Purchases)                                       xxx
Retur pembelian (Purchase Return) (xxx)
Diskun pembelian (Purchase Discount)           (xxx)
Biaya angkut (Freight In)                                    xxx +
Pembelian neto (Net Purchase)                        xxx+
Barang tersedia untuk dijual                             xxx
(Goods Available for sale)
Sediaan akhir Periode (Ending Balance)          (xxx)
Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)  xxx

5.       Sediaan akhir diketahui jumlahnya hanya dengan melakukan perhitungan fisik.
6.       Dibuat jurnal untuk menutup/menyesuaikan saldo sediaan akhir ke neraca dan menutup akun-akun pembelian, retur pembelian, biaya angkut pembelian.
Perbandingan sistem perpetual dan sistem periodik

KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN

Kepemilikan (hak) atas sediaan menentukan siapa yang mencatat barang sebagai sediaannya. Untuk menetapkan hak atas sediaan, ada beberapa kondisi yang harus dianalisis:
·         Barang dalam perjalanan pada saat menyusun laporan keuangan
Untuk menetapkan siapa yang berhak atas barang yang sedang dalam perjalanan pada saat penyusunan laporan keuangan, maka harus dilihat syarat (term) dari pembayaran ongkos angkut yang ada di konosemen (Bill of Lading).Terdapat dua syarat pengiriman yang bisa menunjukkan kepemilikan dari barang:
1.       FOB Shipping Point (Free On Board Shipping Point) atau franko penjual. Apabila penjualan dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung oleh pihak pembeli barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila barang sudah keluar dari pelabuhan atau tempat pengiriman. Pihak penjual dengan segera mengkreditkan akun sediaan dan pihak pembeli mendebitkan akun pembelian atau sediaan. Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak penjual (misalnya: apabila pihak penjual berada di Kota Medan maka dituliskan FOB Medan atau Franko Medan)
2.       FOB Destination (Free On Board Shipping Point) atau franko pembeli. Apabila penjualan dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung oleh pihak penjual barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila barang sudah sampai ke tujuan atau tempat pembeli berada. Pihak penjual mengkreditkan akun sediaan apabila barang sudah sampai pada pembeli barang dan pihak pembeli mendebitkan akun pembelian atau sediaan apabila sudah diterima. Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak pembeli (misalnya: apabila pihak pembeli berada di Kota Jakarta maka dituliskan FOB Jakarta atau Franko Jakarta)
·         Barang Konsinyasi
Salah satu metode pemasaran yang banyak dipakai adalah konsinyasi.Pihak penitip (disebut konsinyor) mengirimkan barang kepada agen penjual dimana agen penjual berkewajiban menjual barang konsinyasi itu.Apabila barang tidak terjual maka pihak penitip bisa mengambil atau mengganti barang dengan barang yang baru.Dalam metode pemasaran secara konsinyasi barang tetap menjadi hak penitip barang sampai barang itu terjual.Pihak yang menerima titipan (konsinyee) menerima komisi atas penjualan barang dan berkewajiban menjaga barang dan menempatkan barang di tempat yang pantas.

·         Perjanjian Penjualan Khusus
1.       Penjualan dengan perjanjian membeli kembali
Kadang-kadang perusahaan mendanai sediaannya tanpa melaporkan adanya hutang atau sediaan di neraca.Hal ini dilakukan dengan penjualan dengan perjanjian membeli kembali. Dalam model transaksi ini pihak penjual dan pembeli melakukan perjanjian jual beli dimana pihak penjual berjanji akan membeli kembali sediaan dengan harga yang disepakati. Oleh pihak pembeli, barang ini digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman dari bank.Hasil peminjaman uang dari bank digunakan oleh pembeli untuk melunasi transaksi penjualan barang. Dimasa depan, pihak penjual membeli kembali seluruh barang dan pihak pembeli menggunakan hasilnya untuk melunasi hutang ke bank. Transaksi itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Dengan melakukan penjualan dengan perjanjian membeli kembali pihak penjual bisa menghindarkan pencatatan hutang dan memanipulasi penghasilan.Sedian dengan skema penjualan ini tetap dicatat oleh pihak penjual.Pihak penjual tetap sebagai pemilik barang dan juga harus mencatat hutang ke bank sebagai kewajibannya.

2.       Penjualan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
Apabila dalam suatu operasi usaha terdapat tingkat pengembalian (return) yang tinggi karena ada perjanjian dagang yang memungkinkannya, maka terdapat dua alternatif pencatatan transaksi penjualan. Pencatatan transaksi penjualan bisa dilakukan pada saat terjadinya transaksi dan mencatat taksiran pengembalian dan penyisihan penjualan  pada akun taksiran penembalian dan penyisihan penjualan. Penjual bisa juga tidak mencatat  penjualan sampai suatu keadaan yang mengindikasikan jumlah yang akan dikembalikan oleh pembeli. Apabila jumlah pengembalian bisa ditaksir dengan akurat, maka sediaan juga bisa dikreditkan pada saat mencatat penjualan.
3.       Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan merupakan cara penjualan lainnya dalam praktik bisnis. Pelanggan akan melakukan cicilan sampai periode waktu tertentu. Cara penjualan secara cicilan sangat beresiko, terutama tingkat ketertagihan piutang.Oleh karena itu, dalam penjualan cicilan biasanya hak kepemilikan atas barang berpindah apabila cicilan telah diselesaikan.Namun, terkait dengan kepemilikan atas sediaan dalam penjualan cicilan, barang-barang harus dikeluarkan dari akun sediaan pihak penjual apabila persentase dari piutang yang tak tertagih bisa ditaksir secara akurat.

PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN


Diskun pembelian diterima apabila entitas membayar hutang usaha pada rentang waktu diskun yang diberikan pihak penjual.Untuk mencatat diskun pembelian terdapat dua metode yang bisa digunakan, yaitu metode neto (Net Method) dan Metode Bruto (Gross Method).Dengan menggunakan metode neto diskun pembelian langsung dikurangkan dari pembelian/ sediaan barang da hutang usaha. Apabila diskun tidak diambil maka didebitkan akun kerugian atas  diskun pembelian (Purchase discount Lost). Akun kerugian karena tidak memanfaatkan dikun pembelian dilaporkan di laporan rugi laba pada kelompok biaya lain-lain (Other Expenses and Losses).
Metode bruto dioperasikan dengan mencatat pembelian/sediaan pada jumlah bruto.Pada saat pembayaran hutang pada masa diskun, pembeli barang mencatat diskun dalam akun diskun pembelian (apabila menggunakan sistem periodik) atau mengkreditkan akun sediaan (apabila menggunakan sistem perpetual). Misalnya, PT. A menggunakan sistem periodik dan membeli barang dengan syarat 2/10,n/30 pada tanggal 1/5-2005 seharga Rp. 10 juta. Apabila pembayaran dilakukan dalam periode diskun atau diluar periode diskun, pencatata yang dilakukan adalah:

PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS

Sediaan dinilai atas dasar kos historis. Penyimpangan atas basis ini dapat dilakukan apabila terdapat kondisi- kondisi lain, misalnya penurunan nilai sediaan menuju nilai pasar atau kondisi yang memerlukan estimasi atas nilai sediaan. Penilaian berbasis aliran kos historis terdiri atas beberapa metode:
·         Identifikasi spesifik (Specific Identification)
·         FIFO (First In First Out/Masuk Pertama Keluar Pertama)
·         LIFO (Last In First Out/ Masuk Terakhir Keluar Pertama)
·         Average (Rata-Rata)
Keempat asumsi aliran kos sediaan itu dapat diterapkan pada sistem pencatatan periodik maupun perpetual.
A.      Identifikasi Spesifik
Metode aliran kos ini digunakan apabila terdapat ciri-ciri khusus dari setiap jenis sediaan. Karena setiap jenis memiliki kualitas dan harga yang berbeda-beda, maka setiap barang yang terjual harus dikenali tanggal pembeliannya sehingga barang yang tersisa (sediaan) dan terjual bisa diidentifikasi kos-nya. Metode aliran kos ini merupakan metode yang terbaik namun sulit untuk dilakukan, terutama pada barang yang jenisnya banyak. Biasanya, metode ini digunakan pada entitas yang memiliki jenis sediaan sedikit, mahal dan mudah dibedakan berdasarkan karakteristik barang (misalnya: emas, perhiasan, mobil, furniture, berlian,dll).


[1] Menurut kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD), sediaanmerupakan hasil dari proses menyediakan (penyediaan). Pertalian yang tepat dari bentuk dasar sedia adalah menyediakan (verba), penyedia (pelaku/alat), penyediaan (proses) dan sediaan (hasil).Untuk mengikuti pertalian antara bentuk dan makna yang sudah diatur dalam EYD, maka istilah yang tepat adalah sediaan, bukan persediaan.

Sabtu, 15 Juni 2013

BAB II LAPORAN RUGI LABA (INCOME STATEMENT)DAN NERACA (BALANCE SHEET)


Laporan rugi laba adalah laporan yang menunjukkan kinerja atau prestasi operasi perusahaan selama satu periode operasi.Laporan rugi laba digunakan oleh pengguna untuk:
1.       Mengevaluasi kinerja/prestasi periode lalu suatu entitas dan membandingkannya dengan kinerja perusahaan lain yang sejenis.
2.       Laporan rugi laba dapat digunakan sebagai dasar memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan dating.
3.       Menaksir risiko dan ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. Dengan informasi tentang pendapatan dan biaya pengguna dapat mnaksir risiko ketidaktercapaian arus kas masa depan perusahaan.
Walaupun manfaat yang diberikan laporan rugi laba cukup banyak, namun pengguna harus menyadari bahwa beberapa pos dalam laporan  laba-rugi disusun berdasarkan asumsi dan estimasi. Beberapa kelemahan lain adalah:
      1.       Suatu peristiwa atau transaksi yang tidak bisa diukur dengan andal tidak akan dilaporkan dalam laporan rugi laba meskipun mungkin mempengaruhi operasi perusahaan.
2.       Jumlah laba atau penghasilan sangat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.
3.       Pengukuran laba/penghasilan banyak melibatkan pertimbangan.
Laporan rugi laba sering digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja/prestasi perusahaan atau prestasi manajernya.Informasi laba atau rugi dalam laporan ini juga bisa mempengaruhi harga saham perusahaan yang tercatat di bursa efek.Agar prestasi suatu perusahaan atau manajernya tampak baik, maka sering terdapat dorongan atau motivasi untuk menyesuaikan laba agar sesuai atau melebihi target atau membuat laba terlihat kurang berisiko.Perilaku ini membuat kualitas informasi dalam laporan rugi laba menjadi berkurang keandalannya.Tindakan ini disebut Manajemen laba (Earnings Management), yaitu merencanakan pengakuan pendapatan, biaya, keuntungan atau kerugian dengan maksud meratakan laba. Tindakan ini dilakukan dengan meningkatkan pendapatan dengan mengakui pendapatan masa yang akan dating pada periode sekarang atau menunda pengakuan pendapatan periode ini untuk diakui di periode yang akan dating. Tindakan yang serupa dapat dilakukan untuk akun-akun biaya, keuntungan dan kerugian.Manajemen laba sering juga disebut Perataan laba (Income Smoothing).


Penghasilan (laba) neto entitas dihasilkan dari transaksi-transaksi pendapatan, biaya, keuntungan atau kerugian.Seluruh transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pos-pos tersebut diiktisarkan dalam laporan rugi laba. Defenisi masing-masing elemen laporan rugi laba adalah:
1.       Pendapatan (Revenue): Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dari aktivaatau pelunasan hutang  (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode, yang berasal dari penyerahan barang atau menghasilkan barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi pusat yang berlanjut dari suatu entitas.
2.       Biaya (Expenses): Arus keluar atau penggunaan lainnya dari aktiva atau keterjadian kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau melakukan aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi pusat yang berlanjut suatu entitas.
3.       Untung (Gains): Peningkatan dalam ekuitas (aktiva neto) yang berasal dari aktivitas incidental (kadang-kadang) atau tambahan (peripheral) suatu entitas dan dari seluruh transaksi lainnya dan peristiwa lainnya dan keadaan yang mempengaruhi entitas selama suatu periode kecuali  yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik.
4.       Rugi (Losses): Penurunan dalam ekuitas (aktiva neto) dari aktivitas incidental (kadang-kadang) atau aktivitas tambahan (peripheral) suatu entitas dan dari seluruh transaksi dan peristiwa lainnya dan keadaan yang mempengaruhi entitas selama suatu periode kecuali yang dihasilkan dari biaya atau distribusi kepada pemilik.


Pelaporan rugi laba dengan menggunakan pendekatan ini dilakukan dengan menyatukan semua sumber pendapatan atas dua bagian, pendapatan dan biaya.Seluruh pendapatan yang berasal dari operasi ataupun non operasi disatukan pelaporannya dan seluruh biaya juga disatukan baik yang bersumber dari operasi maupun dari non operasi. Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan pendekatan ini adalah:


Bentuk ini merupakan bentuk sederhana dari laporan rugi laba. Penggunaan pendekatan ini untuk menghindari kesalahan pengklasifikasian item-item pendapatan dan biaya. Pendekatan ini jarang digunakan untuk laporan rugi laba yang diperuntukkan bagi pengguna diluar perusahaan (kreditur, investor, pemerintah,dll).


Dengan pendekatan ini, laporan laba-rugi disusun dengan memisahkan pendapatan yang diperoleh dari operasi, biaya-biaya operasi, pendapatan-pendapatan non operasi, dan biaya-biaya non operasi.Pembagian ini membuat laporan rugi laba lebih bermanfaat bagi pengguna.Pengklasifikasian pendapatan dan biaya didasarkan kepada jenis perusahaan dan fungsi-fungsi yang terlibat dalam perusahaan.
Pengklasifikasian yang biasa dilakukan untuk perusahaan manufaktur dan industri adalah:
1.       Bagian operasi, yaitu bagian yang melaporkan pendapatan dan biaya yang terjadi dari operasi utama usaha:
·         Penjualan atau bagian pendapatan operasi. Bagian ini menunjukkan pendapatan, diskun penjualan, penyisihan penjualan, pengembalian penjualan (retur) dan informasi lainnya yang berkaitan dengan pendapatan operasi.  Setiap subseksi itu dijumlahkan untuk memperoleh penjualan neto.
·          Kos dari Barang Terjual (Cost of Goods Sold), yaitu  yang menunjukkan jumlah kos dari barang yang dijual pada periode tersebut.
·          Biaya Penjualan (Selling Expenses), yaitu  yang meunjukkan daftar biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan penjualan, misalnya biaya promosi, gaji bagian penjualan,dll.
·          Biaya Administrasi dan Umum (Administrative or General Expenses), yaitu  yang melaporkan biaya-biaya administrasi atau biaya umum.
2.       Bagian Non Operasi, yaitu laporan pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari aktivitas tambahan atau bukan utama perusahaan. Keuntungan atau kerugian yang jarang terjadi atau yang tidak biasa umumnya dilaporkan di bagian ini. Bagian ini dibai atas dua bagian:
·         Pendapatan lainnya dan keuntungan, yaitu suatu daftar pendapatan yang diperoleh atau keuntungan yang terjadi dari trnsaksi diluar operasi (non operasi).
·         Biaya Lainnya dan kerugian, yaitu suatu daftar biaya atau kerugian yang berasal dari transaksi diluar operasi (non operasi).
3.       Pajak Penghasilan, yaitu pajak penghasilan badan yang dikutip oleh Pmerintah dari operasi yang berlanjut.
4.       Operasi-operasi tidak berlanjut (Discontinued operations), yaitu keuntungan atau kerugian yang material yang dihasilkan dari penjualan suatu segmen usaha
5.       Pos-pos yang tidak biasa (Extraordinary Items) yaitu keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan jarang terjadi
6.       Pengaruh kumulatif dari perubahan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi, yaitu pengaruh perubahan prinsip akuntansi yang telah digunakan beberapa period eke prinsip kuntansi yang baru.
7.       Laba per saham (Earnings per share).


Transaksi-transaksi yang jarang terjadi dapat dibagi atas beberapa kategori:
1.       Operasi-operasi yang tidak berlanjut (Discontinued operations);
Operasi-operasi yang tidak berlanjut terjadi karena terjadinya arus kas negatif atau rugi  yang terus menerus dari salah satu segmen bisnis sehingga segmen atau divisi itu harus dihentikan atau dijual. Setelah segmen bisnis dilepas, maka tidak ada keterlibatan perusahaan induk pada segmen atau divisi itu. Keuntungan atau Kerugian yang disebabkan operasi yang tidak berlanjut dilaporkan di laporan rugi laba  setelah bagian “Laba dari operasi berlanjut” namun sebelum pos-pos luar biasa
2.       Pos-pos luar biasa (Extraordinary Items)merupakan pos-pos yang jumlahnya relatif besar  (material) namun bukan peristiwa yang berulang dan peristiwa itu sangat jauh menyimpang dari aktivitas utama perusahaan dan tidak bisa diramalkan (diprediksi) terjadi. Misalnya: kerugian karena terjadi bencana alam.  Suatu pos dikatakan extraordinary apabila kedua kriteria berikut dipenuhi:
·         Sifatnya tidak biasa;
·         Sangat jarang terjadi atau jarang sekali berulang
3.       Keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian yang tidak biasa (Unusual Gains and Losses), misalnya: penghapusan piutang usaha, penghapusan sediaan, keuntungan atau kerugian karena fluktuasi kurs,keuntungan atau kerugian karena harga kontrak, keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva tetap;
4.       Perubahan-perubahan dalam prinsip Akuntansi, misalnya perubahan dari penggunaan metode LIFO menuju FIFO dalam akuntansi sediaan, atau perubahan metode penyusutan aktiva tetap.
5.       Perubahan-perubahan dalam estimasi akuntansi, misalnya perubahan umur ekonomis aktiva tetap.
Terdapat tiga cara pelaporan pos-pos yang tidak teratur:
1.       Pendekatan memasukkan seluruh pos-pos tidak teratur (All- Inclusive approach); yaitu memasukkan seluruh pos-pos yang tidak teratur yang terjadi pada periode itu ke laporan laba-rugi. Kesalahan-kesalahan pengukuran atau pelaporan laba dan perubahan-perubahan estimasi dan pemakaian metode akuntansi pada periode yang lalu tidak dimasukkan dalam laporan laba-rugi periode ini, namun disesuaikan ke laba ditahan.
2.       Pendekatan kinerja operasi periode berjalan (Current operating performance approach); Dengan menggunakan pendekatan ini, laporan rugi laba hanya berisi informasi pendapatan dan biaya dari operasi yang teratur. Pendapatan dan biaya yang diperoleh secara tidak teratur tidak dicantumkan dalam laporan rugi laba namun dalam laporan perubahan ekuitas
3.       Pendekatan memodifikasi all-inclusive concept;
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan all-inclusive concept,  namun untuk pos-pos yang tidak teratur harus tampak jelas (highlighted) di laporan keuangan sehingga pengguna laporan keuangan dapat menilai dengan jelas kemampuan perusahaan  mencapai laba di masa depan. Pendekatan ini juga memasukkan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi periode-periode sebelumnya ke laporan laba-rugi periode sekarang.Pendekatan ini sekarang banyak digunakan dalam praktik.

NERACA

Neraca merupakan salah satu laporan keuangan pokok yang sering juga disebut sebagai Laporan Posisi  Keuangan atau Laporan Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham suatu perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu.


Dengan memberikan informasi tentang aktiva, kewajiban/hutang dan ekuitas pemegang saham maka neraca  memberikan dasar untuk:
1.       Penghitungan rates of return dan pengevaluasian struktur modal perusahaan
2.       Menaksir risiko perusahaan dan arus kas masa depan dengan menghitung rasio-rasio likuiditas, solvensi dan fleksibilitas keuangan.
3.       Menaksir kesulitan keuangan perusahaan. Neraca dapat digunakan untuk menaksir kebangkrutan perusahaan. Salah satu model prediksi kebangkrutan perusahaan adalah model yang dikembangkan oleh Altman (1993) yang mengembangkan ukuran Z Score, yaitu kombinasi ukuran neraca dan laporan rugi laba untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Rumus yang dikembangkannya adalah:

Z
=
Modal kerja
x
1,2
+
laba ditahan
x
1,4
+
EBIT
x
3,3
+
Penjualan
x
0,99
+
Nilai Pasar Ekuitas
x
0,60
aktiva total
Aktiva Total
Aset Total
Aktiva Total
Kewajiban Total


Altman menemukan bahwa perusahaan yang memiliki nilai skor Z diatas 3 cenderung tidak akan bangkrut sedangkan skor Z dibawah 1.81 cenderung akan bangkrut.


1.   Hampir seluruhnya aktiva dan hutang (kewajiban) disajikan pada Kos Historikal (kos berdasarkan bukti transaksi) .Akibatnya pos-pos aktiva dan neraca sangat tinggi keandalannya, namun  tidak mencerminkan nilai saat ini ( Kos sekarang/ Current Cost) dari aktiva dan kewajiban.
2.       Dalam penyajian pos-pos di neraca, banyak melibatkan pertimbangan (Judgement) dan estimasi akuntansi.
3.       Banyak pos-pos yang memiliki kontribusi ke perusahaan diabaikan dan tidak dicatat di neraca (misalnya kos sumberdaya manusia).

KLASIFIKASI DALAM NERACA

Akun-akun riil (permanen) dipisahkan di neraca berdasarkan kelompok aktiva, kewajiban dan ekuitas.Pengelompokan ini dilakukan untuk memudahkan menganalisa sumberdaya yang dimiliki perusahaan dan struktur modal.Aktiva diklasifikasi atas aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar merupakan aktiva yang diharapkan bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu kurang atau sama dengan 1 tahun atau 1 siklus operasi normal. Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang diharapkan bisa di konversi menjadi kas dalam waktu lebih dari 1 tahun atau 1 siklus operasi normal atau memiliki manfaat dalam operasi melebihi 1 tahun.Masing-masing akun yang termasuk dalam kelompok aktiva diurutkan di neraca berdasarkan likuiditasnya, yaitu kemampuan aktiva tersebut dikonversi atau diubah menjadi kas.Semakin mudah aktiva tetap diubah menjadi kas, semakin diatas posisinya di neraca.
Kewajiban dikelompokkan atas kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.Kewajiban jangka pendek (current liabilities) merupakan keharusan atau hutang yang harus dilunasi paling lama 1 tahun sejak tanggal neraca.Kewajiban jangka panjang adalah keharusan atau hutang yang harus dilunasi melebihi 1 tahun sejak tanggal neraca.Dengan demikian, kewajiban diurutkan di neraca sesuai dengan urutan jatuh temponya.

Neraca dapat disajikan sebagai berikut:
XYZ,Inc
BALANCE SHEET
FOR YEAR END DEC 31, 20XX
ASSETS
LIABILITIES
Current Assets
Current Liabilities

Cash & Cash Equivalent
Short term investment

Account Payable
Unearned Revenue

Account Receivable

Accrued Expense

Accrued Revenue

Current Maturities of long term Liabilities

Inventories



Prepaid Expenses
Long Term Liabilities
Non current assets
Long Term Investment

Bond Payable
Fixed Assets

Mortgage Payable

Building

Long term Notes Payable

Accumulated Depreciation of Buildings
STOCKHOLDERS’ EQUITY
Intangible Assets

Capital Stock

Patent, Copyright,etc

Additional Paid-in Capital
Other Assets

Retained Earnings










Penjelasan Pos-pos Neraca:
1.       Current Assets (Aktiva-aktiva Lancar), yaitu aktiva  yang akan dikonversi menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang. Aktiva lancar disajikan atau diurutkan di neraca berdasarkan likuiditas. Jika suatu asset dapat dikonversi menjadi kas atau akan digunakan untuk membayar hutang lancar dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang, dikategorikan sebagai aktiva lancar.
2.       Long Term Investment (Investasi Jangka Panjang), yaitu investasi dalam sekuritas jangka panjang, investasi dalam aktiva tetap yang tidak digunakan dalam operasi, investasi dalam dana-dana khusus, dan investasi dalam anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi atau perusahaan afiliasi.  Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk tidak dikonversi atau dijual dalam beberapa tahun
3.   Fixed Assets (Aktiva Tetap), yaitu aktiva yang diperoleh perusahaan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan dan memiliki umur ekonomis jangka panjang (lebih dari satu tahun). Aktiva tetap biasanya disajiakn bersma dengan akun kontra (Contra Account) Akumulasi Penyusutan (Accumulated Depreciation).
4.       Intangible Assets (Aktiva-Aktiva Tak Berujud), yaitu aktiva yang tidak atau kurang memiliki substansi fisik  dan bukan merupakan instrument keuangan.  Dalam jangka panjang, aktiva berujud diharapkan dapat menambah arus kas masuk melalui peningkatan pendapatan pada perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah: Paten, Goodwill, hak cipta (Copyright).
5.       Other Assets (Aktiva-aktiva Lainnya), yaitu aktiva-aktiva yang tidak dapat dikategorikan pada aktiva-aktiva yang lain.
6.       Current Liabilities ( Hutang-hutang lancar), yaitu hutang yang akan dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang. Hutang lancar diharapkan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar. Termasuk dalam kategori hutang lancar adalah: hutang dagang (Account Payable), Biaya yang masih terhutang (Accrued Expense), Pendapatan diterima dimuka (Unearned Revenue) dan hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun (Current Maturities o Long Term Liabilities). Hutang Lancar diurutkan berdasarkan urutan jatuh tempo dari hutang.
7.       Long- Term Liabilities (Hutang Jangka Panjang), yaitu hutang yang tidak akan dilunasi dalam siklus operasi atau satu tahun. Hutang ini  jatuh tempo pada suatu tanggal beberapa tahun kemudian. Contoh jenis hutang ini adalah hutang obligasi (Bond Payable)
8.       Stockholder’s Equity (Ekuitas Pemegang Saham), sering juga disebut sebagai aktiva neto (Net asset), yaitu sisa aktiva setelah dikurangi seluruh kewajiban kepada kreditur apabila diasumsikan perusahaan dilikuidasi. Termasuk dalam kelompok ini adalah: modal saham (saham biasa atau saham preferen), tambahan modal disetor (Paid in Capital), dan laba ditahan (Retained Earnings).