BAB V
AKUNTANSI SEDIAAN (INVENTORIES)
Sediaan adalah barang yang tersedia digudang atau
tempat penyimpanan suatu entitas pada tanggal tertentu.Sediaan terdiri atas
beberapa jenis, tergantung pada bentuk entitasnya. Beberapa contoh dari sediaan
adalah:
·
Sediaan Bahan Baku
·
Sediaan Barang Dalam
Proses
·
Sediaan Barang Jadi
·
Sediaan Barang Dagang
·
Sediaan Barang Habis Pakai
Untuk jenis perusahaan manufaktur, sediaan terdiri dari
tiga jenis, yaitu Sediaan Bahan Baku, Sediaan Barang Dalam Proses dan Sediaan
Barang Jadi. Arus kos sediaan pada perusahaan manufaktur dapat digambarkan
sebagai berikut:
Aliran kos itu
dapat dimasukkan dalam jurnal sebagai berikut:
Mutasi sediaan pada perusahaan dagang, dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Saldo
sediaan barang dagang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi berikut ini:
- Pembelian barang dagang
- Retur Penjualan
- Retur Pembelian dan diskun pembelian
- Penjualan barang dagang
- penyesuaian-penyesuaan terhadap saldo sediaan (sediaan hilang, menyusut,dll)
SISTEM PENCATATAN SEDIAAN
Terdapat dua sistem pencatatan sediaan:
·
Sistem pencatatan sediaan
Perpetual
·
Sistem Pencatatan sediaan
secara periodik
Sistem Pencatatan sediaan
secara perpetual
Sistem pencatatan sediaan secara perpetual melakukan
pencatatan kos sediaan secara terus menerus ke pembukuan. Setiap perubahan
dalam sediaan langsung dicatat dengan mendebit atau mengkredit akun sediaan.
Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.
Setiap terjadi pembelian
barang, akun sediaan didebit
2.
Apabila terjadi pembayaran
ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan
penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun sediaan,
bukan ke akun khusus untuk mencatat peristiwa-peristiwa itu.
3.
Setiap terjadi penjualan
barang, maka akun sediaan di kreditkan dan akun kos dari barang terjual (Cost
of Goods Sold) didebitkan
4.
Setiap jenis sediaan
dibuatkan kartu sediaan yang berfungsi sebagai buku pembantu (subsidiary ledger) dari akun sediaan.
Sistem sediaan perpetual mencatat mutasi sediaan secara
terus menerus ke akun sediaan sehingga posisi sediaan tetap bisa diketahui
setiap saat.Untuk menghasilkan pengendalian yang baik, maka sistem pencatatan
sediaan secara perpetual bisa digunakan.
Sistem Pencatatan sediaan
secara periodik
Sistem ini mencatat mutasi (perubahan) terhadap saldo
sediaan ke masing-masing akun yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun
sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.
Setiap terjadi pembelian
barang kos sediaan dicatat ke akun Pembelian.
2.
Apabila terjadi pembayaran
ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan
penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun
masing-masing (Akun biaya angkut pembelian, diskun pembelian, akun retur dan
penyisihan pembelian) bukan ke akun sediaan.
3.
Setiap terjadi penjualan
barang, maka akun sediaan tidak dikreditkan.
4.
Untuk menghitung kos dari
barang yang terjual (Cost of Goods Sold), maka harus dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Kos
dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
Sediaan awal
periode (Beginning Balance) xxx
Pembelian (Purchases) xxx
Retur pembelian (Purchase
Return) (xxx)
Diskun pembelian (Purchase
Discount) (xxx)
Biaya angkut (Freight
In) xxx +
Pembelian neto (Net
Purchase) xxx+
Barang
tersedia untuk dijual xxx
(Goods Available for sale)
Sediaan akhir
Periode (Ending Balance) (xxx)
Kos
dari barang terjual (Cost of
Goods Sold) xxx
5.
Sediaan akhir diketahui
jumlahnya hanya dengan melakukan perhitungan fisik.
6.
Dibuat jurnal untuk
menutup/menyesuaikan saldo sediaan akhir ke neraca dan menutup akun-akun
pembelian, retur pembelian, biaya angkut pembelian.
Perbandingan sistem
perpetual dan sistem periodik
KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN
Kepemilikan (hak) atas sediaan menentukan siapa yang
mencatat barang sebagai sediaannya. Untuk menetapkan hak atas sediaan, ada
beberapa kondisi yang harus dianalisis:
·
Barang
dalam perjalanan pada saat menyusun laporan keuangan
Untuk menetapkan siapa yang berhak atas barang yang
sedang dalam perjalanan pada saat penyusunan laporan keuangan, maka harus
dilihat syarat (term) dari pembayaran
ongkos angkut yang ada di konosemen (Bill
of Lading).Terdapat dua syarat pengiriman yang bisa menunjukkan kepemilikan
dari barang:
1.
FOB
Shipping Point (Free On Board Shipping
Point) atau franko penjual. Apabila penjualan
dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung
oleh pihak pembeli barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila
barang sudah keluar dari pelabuhan atau tempat pengiriman. Pihak penjual dengan
segera mengkreditkan akun sediaan dan pihak pembeli mendebitkan akun pembelian
atau sediaan. Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak
penjual (misalnya: apabila pihak penjual berada di Kota Medan maka dituliskan
FOB Medan atau Franko Medan)
2.
FOB
Destination (Free On Board Shipping
Point) atau franko pembeli. Apabila penjualan
dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung
oleh pihak penjual barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila
barang sudah sampai ke tujuan atau tempat pembeli berada. Pihak penjual
mengkreditkan akun sediaan apabila barang sudah sampai pada pembeli barang dan
pihak pembeli mendebitkan akun pembelian atau sediaan apabila sudah diterima.
Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak pembeli (misalnya:
apabila pihak pembeli berada di Kota Jakarta maka dituliskan FOB Jakarta atau
Franko Jakarta)
·
Barang
Konsinyasi
Salah satu metode pemasaran yang banyak dipakai adalah
konsinyasi.Pihak penitip (disebut konsinyor) mengirimkan barang kepada agen
penjual dimana agen penjual berkewajiban menjual barang konsinyasi itu.Apabila
barang tidak terjual maka pihak penitip bisa mengambil atau mengganti barang
dengan barang yang baru.Dalam metode pemasaran secara konsinyasi
barang tetap menjadi hak penitip barang sampai barang itu terjual.Pihak
yang menerima titipan (konsinyee) menerima komisi atas penjualan barang dan
berkewajiban menjaga barang dan menempatkan barang di tempat yang pantas.
·
Perjanjian
Penjualan Khusus
1. Penjualan dengan
perjanjian membeli kembali
Kadang-kadang perusahaan mendanai sediaannya tanpa
melaporkan adanya hutang atau sediaan di neraca.Hal ini dilakukan dengan
penjualan dengan perjanjian membeli kembali. Dalam model transaksi ini pihak
penjual dan pembeli melakukan perjanjian jual beli dimana pihak penjual
berjanji akan membeli kembali sediaan dengan harga yang disepakati. Oleh pihak
pembeli, barang ini digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman dari bank.Hasil
peminjaman uang dari bank digunakan oleh pembeli untuk melunasi transaksi
penjualan barang. Dimasa depan, pihak penjual membeli kembali seluruh barang
dan pihak pembeli menggunakan hasilnya untuk melunasi hutang ke bank. Transaksi
itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dengan
melakukan penjualan dengan perjanjian membeli kembali pihak penjual bisa
menghindarkan pencatatan hutang dan memanipulasi penghasilan.Sedian dengan
skema penjualan ini tetap dicatat oleh pihak penjual.Pihak penjual tetap
sebagai pemilik barang dan juga harus mencatat hutang ke bank sebagai
kewajibannya.
2. Penjualan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi
Apabila dalam suatu operasi usaha terdapat tingkat
pengembalian (return) yang tinggi
karena ada perjanjian dagang yang memungkinkannya, maka terdapat dua alternatif
pencatatan transaksi penjualan. Pencatatan transaksi penjualan bisa dilakukan
pada saat terjadinya transaksi dan mencatat taksiran pengembalian dan
penyisihan penjualan pada akun taksiran
penembalian dan penyisihan penjualan. Penjual bisa juga tidak mencatat penjualan sampai suatu keadaan yang
mengindikasikan jumlah yang akan dikembalikan oleh pembeli. Apabila jumlah
pengembalian bisa ditaksir dengan akurat, maka sediaan juga bisa dikreditkan
pada saat mencatat penjualan.
3. Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan merupakan cara
penjualan lainnya dalam praktik bisnis. Pelanggan akan melakukan cicilan sampai
periode waktu tertentu. Cara penjualan secara cicilan sangat beresiko, terutama
tingkat ketertagihan piutang.Oleh karena itu, dalam penjualan cicilan biasanya
hak kepemilikan atas barang berpindah apabila cicilan telah diselesaikan.Namun,
terkait dengan kepemilikan atas sediaan dalam penjualan cicilan, barang-barang
harus dikeluarkan dari akun sediaan pihak penjual apabila persentase dari
piutang yang tak tertagih bisa ditaksir secara akurat.
PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN
Diskun pembelian diterima apabila entitas membayar
hutang usaha pada rentang waktu diskun yang diberikan pihak penjual.Untuk
mencatat diskun pembelian terdapat dua metode yang bisa digunakan, yaitu metode
neto (Net Method) dan Metode Bruto (Gross Method).Dengan menggunakan metode
neto diskun pembelian langsung dikurangkan dari pembelian/ sediaan barang da
hutang usaha. Apabila diskun tidak diambil maka didebitkan akun kerugian
atas diskun pembelian (Purchase discount Lost). Akun kerugian
karena tidak memanfaatkan dikun pembelian dilaporkan di laporan rugi laba pada
kelompok biaya lain-lain (Other Expenses
and Losses).
Metode bruto dioperasikan dengan mencatat
pembelian/sediaan pada jumlah bruto.Pada saat pembayaran hutang pada masa
diskun, pembeli barang mencatat diskun dalam akun diskun pembelian (apabila
menggunakan sistem periodik) atau mengkreditkan akun sediaan (apabila
menggunakan sistem perpetual). Misalnya, PT. A menggunakan sistem periodik dan
membeli barang dengan syarat 2/10,n/30 pada tanggal 1/5-2005 seharga Rp. 10
juta. Apabila pembayaran dilakukan dalam periode diskun atau diluar periode
diskun, pencatata yang dilakukan adalah:
PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS
Sediaan dinilai atas dasar kos historis. Penyimpangan
atas basis ini dapat dilakukan apabila terdapat kondisi- kondisi lain, misalnya
penurunan nilai sediaan menuju nilai pasar atau kondisi yang memerlukan
estimasi atas nilai sediaan. Penilaian berbasis aliran kos historis terdiri
atas beberapa metode:
·
Identifikasi spesifik (Specific Identification)
·
FIFO (First In First Out/Masuk Pertama Keluar Pertama)
·
LIFO (Last In First Out/ Masuk Terakhir Keluar Pertama)
·
Average (Rata-Rata)
Keempat
asumsi aliran kos sediaan itu dapat diterapkan pada sistem pencatatan periodik
maupun perpetual.
A. Identifikasi Spesifik
Metode aliran kos ini digunakan apabila terdapat
ciri-ciri khusus dari setiap jenis sediaan. Karena setiap jenis memiliki
kualitas dan harga yang berbeda-beda, maka setiap barang yang terjual harus
dikenali tanggal pembeliannya sehingga barang yang tersisa (sediaan) dan
terjual bisa diidentifikasi kos-nya. Metode aliran kos ini merupakan metode
yang terbaik namun sulit untuk dilakukan, terutama pada barang yang jenisnya
banyak. Biasanya, metode ini digunakan pada entitas yang memiliki jenis sediaan
sedikit, mahal dan mudah dibedakan berdasarkan karakteristik barang (misalnya:
emas, perhiasan, mobil, furniture, berlian,dll).
[1] Menurut kaidah ejaan
yang disempurnakan (EYD), sediaanmerupakan hasil dari proses
menyediakan (penyediaan). Pertalian yang tepat dari bentuk dasar sedia adalah
menyediakan (verba), penyedia (pelaku/alat), penyediaan (proses) dan sediaan
(hasil).Untuk mengikuti pertalian antara bentuk dan makna yang sudah diatur
dalam EYD, maka istilah yang tepat adalah sediaan, bukan persediaan.