Laman

S'lamat Datang di Blog SAYA by: SALMON MARBUN'SE_AK

Kamis, 18 Juli 2013

BAB V AKUNTANSI SEDIAAN[1] (INVENTORIES)



BAB V

AKUNTANSI SEDIAAN (INVENTORIES)

Sediaan adalah barang yang tersedia digudang atau tempat penyimpanan suatu entitas pada tanggal tertentu.Sediaan terdiri atas beberapa jenis, tergantung pada bentuk entitasnya. Beberapa contoh dari sediaan adalah:
·         Sediaan Bahan Baku
·         Sediaan Barang Dalam Proses
·         Sediaan Barang Jadi
·         Sediaan Barang Dagang
·         Sediaan Barang Habis Pakai
Untuk jenis perusahaan manufaktur, sediaan terdiri dari tiga jenis, yaitu Sediaan Bahan Baku, Sediaan Barang Dalam Proses dan Sediaan Barang Jadi. Arus kos sediaan pada perusahaan manufaktur dapat digambarkan sebagai berikut:
Aliran kos itu dapat dimasukkan dalam jurnal sebagai berikut:

Mutasi  sediaan pada perusahaan dagang, dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Saldo sediaan barang dagang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi berikut ini:
  • Pembelian barang dagang
  • Retur Penjualan
  • Retur Pembelian dan diskun pembelian
  • Penjualan barang dagang
  • penyesuaian-penyesuaan terhadap saldo sediaan (sediaan hilang, menyusut,dll)


SISTEM PENCATATAN SEDIAAN

Terdapat dua sistem pencatatan sediaan:
·         Sistem pencatatan sediaan Perpetual
·         Sistem Pencatatan sediaan secara periodik


Sistem Pencatatan sediaan secara perpetual
Sistem pencatatan sediaan secara perpetual melakukan pencatatan kos sediaan secara terus menerus ke pembukuan. Setiap perubahan dalam sediaan langsung dicatat dengan mendebit atau mengkredit akun sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.       Setiap terjadi pembelian barang, akun sediaan didebit
2.       Apabila terjadi pembayaran ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun sediaan, bukan ke akun khusus untuk mencatat peristiwa-peristiwa itu.
3.       Setiap terjadi penjualan barang, maka akun sediaan di kreditkan dan akun kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold) didebitkan
4.       Setiap jenis sediaan dibuatkan kartu sediaan yang berfungsi sebagai buku pembantu (subsidiary ledger) dari akun sediaan.
Sistem sediaan perpetual mencatat mutasi sediaan secara terus menerus ke akun sediaan sehingga posisi sediaan tetap bisa diketahui setiap saat.Untuk menghasilkan pengendalian yang baik, maka sistem pencatatan sediaan secara perpetual bisa digunakan.

Sistem Pencatatan sediaan secara periodik
Sistem ini mencatat mutasi (perubahan) terhadap saldo sediaan ke masing-masing akun yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun sediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1.       Setiap terjadi pembelian barang kos sediaan dicatat ke akun Pembelian.
2.       Apabila terjadi pembayaran ongkos masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun masing-masing (Akun biaya angkut pembelian, diskun pembelian, akun retur dan penyisihan pembelian) bukan ke akun sediaan.
3.       Setiap terjadi penjualan barang, maka akun sediaan tidak dikreditkan.
4.       Untuk menghitung kos dari barang yang terjual (Cost of Goods Sold), maka  harus dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
Sediaan awal periode (Beginning Balance)     xxx
Pembelian (Purchases)                                       xxx
Retur pembelian (Purchase Return) (xxx)
Diskun pembelian (Purchase Discount)           (xxx)
Biaya angkut (Freight In)                                    xxx +
Pembelian neto (Net Purchase)                        xxx+
Barang tersedia untuk dijual                             xxx
(Goods Available for sale)
Sediaan akhir Periode (Ending Balance)          (xxx)
Kos dari barang terjual (Cost of Goods Sold)  xxx

5.       Sediaan akhir diketahui jumlahnya hanya dengan melakukan perhitungan fisik.
6.       Dibuat jurnal untuk menutup/menyesuaikan saldo sediaan akhir ke neraca dan menutup akun-akun pembelian, retur pembelian, biaya angkut pembelian.
Perbandingan sistem perpetual dan sistem periodik

KEPEMILIKAN ATAS SEDIAAN

Kepemilikan (hak) atas sediaan menentukan siapa yang mencatat barang sebagai sediaannya. Untuk menetapkan hak atas sediaan, ada beberapa kondisi yang harus dianalisis:
·         Barang dalam perjalanan pada saat menyusun laporan keuangan
Untuk menetapkan siapa yang berhak atas barang yang sedang dalam perjalanan pada saat penyusunan laporan keuangan, maka harus dilihat syarat (term) dari pembayaran ongkos angkut yang ada di konosemen (Bill of Lading).Terdapat dua syarat pengiriman yang bisa menunjukkan kepemilikan dari barang:
1.       FOB Shipping Point (Free On Board Shipping Point) atau franko penjual. Apabila penjualan dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung oleh pihak pembeli barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila barang sudah keluar dari pelabuhan atau tempat pengiriman. Pihak penjual dengan segera mengkreditkan akun sediaan dan pihak pembeli mendebitkan akun pembelian atau sediaan. Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak penjual (misalnya: apabila pihak penjual berada di Kota Medan maka dituliskan FOB Medan atau Franko Medan)
2.       FOB Destination (Free On Board Shipping Point) atau franko pembeli. Apabila penjualan dilakukan dengan ketentuan ini maka ongkos angkut pengiriman barang ditanggung oleh pihak penjual barang. Hal itu berarti kepemilikan barang berpindah apabila barang sudah sampai ke tujuan atau tempat pembeli berada. Pihak penjual mengkreditkan akun sediaan apabila barang sudah sampai pada pembeli barang dan pihak pembeli mendebitkan akun pembelian atau sediaan apabila sudah diterima. Ketentuan ini biasanya dituliskan sesuai dengan kota pihak pembeli (misalnya: apabila pihak pembeli berada di Kota Jakarta maka dituliskan FOB Jakarta atau Franko Jakarta)
·         Barang Konsinyasi
Salah satu metode pemasaran yang banyak dipakai adalah konsinyasi.Pihak penitip (disebut konsinyor) mengirimkan barang kepada agen penjual dimana agen penjual berkewajiban menjual barang konsinyasi itu.Apabila barang tidak terjual maka pihak penitip bisa mengambil atau mengganti barang dengan barang yang baru.Dalam metode pemasaran secara konsinyasi barang tetap menjadi hak penitip barang sampai barang itu terjual.Pihak yang menerima titipan (konsinyee) menerima komisi atas penjualan barang dan berkewajiban menjaga barang dan menempatkan barang di tempat yang pantas.

·         Perjanjian Penjualan Khusus
1.       Penjualan dengan perjanjian membeli kembali
Kadang-kadang perusahaan mendanai sediaannya tanpa melaporkan adanya hutang atau sediaan di neraca.Hal ini dilakukan dengan penjualan dengan perjanjian membeli kembali. Dalam model transaksi ini pihak penjual dan pembeli melakukan perjanjian jual beli dimana pihak penjual berjanji akan membeli kembali sediaan dengan harga yang disepakati. Oleh pihak pembeli, barang ini digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman dari bank.Hasil peminjaman uang dari bank digunakan oleh pembeli untuk melunasi transaksi penjualan barang. Dimasa depan, pihak penjual membeli kembali seluruh barang dan pihak pembeli menggunakan hasilnya untuk melunasi hutang ke bank. Transaksi itu dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Dengan melakukan penjualan dengan perjanjian membeli kembali pihak penjual bisa menghindarkan pencatatan hutang dan memanipulasi penghasilan.Sedian dengan skema penjualan ini tetap dicatat oleh pihak penjual.Pihak penjual tetap sebagai pemilik barang dan juga harus mencatat hutang ke bank sebagai kewajibannya.

2.       Penjualan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
Apabila dalam suatu operasi usaha terdapat tingkat pengembalian (return) yang tinggi karena ada perjanjian dagang yang memungkinkannya, maka terdapat dua alternatif pencatatan transaksi penjualan. Pencatatan transaksi penjualan bisa dilakukan pada saat terjadinya transaksi dan mencatat taksiran pengembalian dan penyisihan penjualan  pada akun taksiran penembalian dan penyisihan penjualan. Penjual bisa juga tidak mencatat  penjualan sampai suatu keadaan yang mengindikasikan jumlah yang akan dikembalikan oleh pembeli. Apabila jumlah pengembalian bisa ditaksir dengan akurat, maka sediaan juga bisa dikreditkan pada saat mencatat penjualan.
3.       Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan merupakan cara penjualan lainnya dalam praktik bisnis. Pelanggan akan melakukan cicilan sampai periode waktu tertentu. Cara penjualan secara cicilan sangat beresiko, terutama tingkat ketertagihan piutang.Oleh karena itu, dalam penjualan cicilan biasanya hak kepemilikan atas barang berpindah apabila cicilan telah diselesaikan.Namun, terkait dengan kepemilikan atas sediaan dalam penjualan cicilan, barang-barang harus dikeluarkan dari akun sediaan pihak penjual apabila persentase dari piutang yang tak tertagih bisa ditaksir secara akurat.

PENGARUH POTONGAN TUNAI PEMBELIAN TERHADAP KOS SEDIAAN


Diskun pembelian diterima apabila entitas membayar hutang usaha pada rentang waktu diskun yang diberikan pihak penjual.Untuk mencatat diskun pembelian terdapat dua metode yang bisa digunakan, yaitu metode neto (Net Method) dan Metode Bruto (Gross Method).Dengan menggunakan metode neto diskun pembelian langsung dikurangkan dari pembelian/ sediaan barang da hutang usaha. Apabila diskun tidak diambil maka didebitkan akun kerugian atas  diskun pembelian (Purchase discount Lost). Akun kerugian karena tidak memanfaatkan dikun pembelian dilaporkan di laporan rugi laba pada kelompok biaya lain-lain (Other Expenses and Losses).
Metode bruto dioperasikan dengan mencatat pembelian/sediaan pada jumlah bruto.Pada saat pembayaran hutang pada masa diskun, pembeli barang mencatat diskun dalam akun diskun pembelian (apabila menggunakan sistem periodik) atau mengkreditkan akun sediaan (apabila menggunakan sistem perpetual). Misalnya, PT. A menggunakan sistem periodik dan membeli barang dengan syarat 2/10,n/30 pada tanggal 1/5-2005 seharga Rp. 10 juta. Apabila pembayaran dilakukan dalam periode diskun atau diluar periode diskun, pencatata yang dilakukan adalah:

PENILAIAN SEDIAAN BERBASIS ALIRAN KOS HISTORIS

Sediaan dinilai atas dasar kos historis. Penyimpangan atas basis ini dapat dilakukan apabila terdapat kondisi- kondisi lain, misalnya penurunan nilai sediaan menuju nilai pasar atau kondisi yang memerlukan estimasi atas nilai sediaan. Penilaian berbasis aliran kos historis terdiri atas beberapa metode:
·         Identifikasi spesifik (Specific Identification)
·         FIFO (First In First Out/Masuk Pertama Keluar Pertama)
·         LIFO (Last In First Out/ Masuk Terakhir Keluar Pertama)
·         Average (Rata-Rata)
Keempat asumsi aliran kos sediaan itu dapat diterapkan pada sistem pencatatan periodik maupun perpetual.
A.      Identifikasi Spesifik
Metode aliran kos ini digunakan apabila terdapat ciri-ciri khusus dari setiap jenis sediaan. Karena setiap jenis memiliki kualitas dan harga yang berbeda-beda, maka setiap barang yang terjual harus dikenali tanggal pembeliannya sehingga barang yang tersisa (sediaan) dan terjual bisa diidentifikasi kos-nya. Metode aliran kos ini merupakan metode yang terbaik namun sulit untuk dilakukan, terutama pada barang yang jenisnya banyak. Biasanya, metode ini digunakan pada entitas yang memiliki jenis sediaan sedikit, mahal dan mudah dibedakan berdasarkan karakteristik barang (misalnya: emas, perhiasan, mobil, furniture, berlian,dll).


[1] Menurut kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD), sediaanmerupakan hasil dari proses menyediakan (penyediaan). Pertalian yang tepat dari bentuk dasar sedia adalah menyediakan (verba), penyedia (pelaku/alat), penyediaan (proses) dan sediaan (hasil).Untuk mengikuti pertalian antara bentuk dan makna yang sudah diatur dalam EYD, maka istilah yang tepat adalah sediaan, bukan persediaan.